Dominic Thiem, pekan ini di peringkat ATP, menemukan dirinya sendiri sebagai pemimpin generasi masa depan dunia tenis putra. Thiem pasalnya sekarang sedang berada di peringkat terbaiknya, yakni di peringkat 7. Ia merupakan petenis dengan peringkat tertinggi yang usianya di bawah 27 tahun.
Petenis Muda yang Berbakat
Tidak hanya itu, Thiem juga menjadi petenis dengan peringkat tertinggi yang belum memenangkan gelar Grand Slam yang mana sudah didominasi para petenis yang dijuluki Big Flour selama 1 dekade terakhir. Thiem juga sudah digadang-gadang sebagai bintang masa depan oleh banyak sekali orang khusunya mereka pecinta tenis. Di usianya yang saat ini menginjak 23 tahun., ia sudah menjadi semifinalis French Open sebanyak kurang lebih 2 kali dengan sejumlah koleksi, yakni 8 gelar atas nama dirinya.
Bersama dengan Petenis lainnya seperti sebut saja petenis peringkat 8 dunia, Alexander Zverev, ia diharapkan bisa membawa tenis lebih berkembang. Ia juga diharapkan dapat mengisi kekosongan perkembangan generasi tenis yang kosong setelah era Big Four berakhir. Walau demikian, Thiem sendiri mengakui bahwasanya ia masih harus melalui banyak jalan yang cukup panjang juga.
“Kami masih harus memenangkan pertandingan banyak lagi sehingga layak untuk disebut sebagai hal besar selanjutnya yang ada di dunia tenis. Sungguh amat sangat luar biasa mendengarnya, namun saya pikir hal itu masih jadi jalan yang cukup panjang untuk kami berdua,” ungkapnya.
Di musim ini, Thiem sudah menaklukan 3 dari keempat Big Four. Roger Federer yang mana adalah anggota Big Four yang belum juga bisa ia kalahkan di musim ini. “Saya rasa saat ini semuanya menjadi lebih baik bagi petenis-petenis yang lebih muda sejak satu ataupun dua tahun terakhir ini. ada beberapa turnamen yang kami ikuti sebagai suatu gebrakan untuk melawan mereka. namun untuk memenagkan Grand Salm ataupun turnamen Masters 1000, Anda biasanya harus mengalahkan 2 dari Big Four secara beruntun dan itu tidak mudah,” ucapnya lagi.
“Hal itu tentunya sangat berat untuk dicapai dan itu dia mengapa masih kecil peluang bagi para petenis lainnya untuk memenangkan gelar-gelar besar,” jelasnya lebih lanjut tentang rivalitasnya dengan keempat petenis besar tersebut.
Dedikasi yang Tinggi dari Thiem
Dedikasi tak akan pernah menjadi masalah bagi dirinya yang pasalnya sudah melakoni sebanyak 53 pertandingan di musim ini. ia menemukan konsistensi yang masih menjadi sedikit masalah bagi dirinya. Setelah penampilannya yang mumpuni di musim clay-court Eropa, ia harus menelan pil pahit karena harus kalah di babak pertama turnamen Grass-court yang digelar di Jerman dan juga Turki. Namun di Wimbledon, ia bisa membayar semua kekalahannya dengan lolos ke babak keempat.
Tak seperti musim-musim yang sebelumnya, ia memilih untuk melewatkan turnamen di rumahnya sendiri, yakni di Kitzbuhel, untuk turun di Washington pada pekan ini. diunggulkan sebagai pemain unggulan pertama di Citi Open, targetnya sekarang ini adalah membangun fondasi kuat untuk kesuksesan pada turnamen Amerika Utara. Dan sampai saat ini, Thiem juga belum pernah melakoni final di benua itu.
“Prioritas utama adalah menemukan permainan yang terbaik dan juga perjalanan yang sangat panjang berawal dari sini. Saya datang ke Washington untuk kali pertamanya karena saya sangat ingin melakoni musim hard-court yang bagus. Pada musim-musim sebelumnya, saya selalu saja tiba di turnamen clay-court Eropa, dan itu tak terlalu berjalan baik dan bisa berhasil. Saya berharap dengan sangat kali ini akan berakhir dengan sangat baik dan lebih baik dari pekan pertama,” harapnya.